Nama : Susiati
Nim : 1111015153
Mata kuliah : Perencanaan dan Evaluasi P2KM
Kelas : 2011/A
Tugas 1
Membuat Diagnosis
jurnal dengan menghubungkan sosial indicator, melihat masalah sosial yang
terjadi akibat masalah kesehatan dan apa hubungan dengan masalah kesehatan yang
muncul.
Judul Jurnal :
Gambaran
Faktor Lingkungan Daerah Endemis Malaria Di Daerah Berbatasan (Kabupaten
Tulungagung Dengan Kabupaten Trenggalek) oleh Ririh Yudhastuti
Sosial Indikator:
1.
Ketidakhadiran
|
9. Peperangan atau permusuhan
|
2.
Prestasi
|
10. Pelanggaran Hukum
|
3.
Estetika
|
11. Penampilan
|
4.
Mengasingkan diri
|
12. Kerusuhan
|
5.
Kejahatan
|
13. Pengangguran
|
6.
Kepadatan
|
14. Hak Suara
|
7.
Diskriminasi
|
15. Kesejahteraan
|
8.
Kebahagiaan
|
|
Jika
melihat dari jurnal tersebut permasalahan yang utama dalam adanya daerah
endemis Malaria di daerah tersebut maka dari hasil penalaran saya, jika di
hubungkan dengan Indikator sosial maka ada beberapa indikator sosial yang
berhubungan yaitu kepadatan,
ketidakhadiran, prestasi, kebahagiaan, pengangguran, kesejahteraan.
Kepadatan
semakin padatnya jumlah penduduk membuat masyarakat
sekitar pembangunan sehingga terganggunya habitat nyamuk anophlese penyebab malaria dan semakin tingginya mobilitas penduduk
dari satu daerah ke daerah lain. Sebagai penyakit menular, malaria dapat
berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain melalui mobilitas penduduk sebagai
sumber penularan maupun komoditas sebagai wahana transmisi. Dan juga daerah
perbatasan kabupaten Tulungagung dengan Kabupaten Trenggalek merupakan daerah
pantai dan pegunungan dengan iklim tropis, Malaria adalah salah satu penyakit menular yang juga sering disebut
dengan istilah-istilah demam tropis, demam pantai, demam rawa, dan panas dingin
Lebih dari satu miliar orang hidup di daerah malaria, diperkirakan 100 juta
orang telah mendapat infeksi malaria, dan 1 juta orang meninggal setiap
tahunnya karena penyakit menular ini. Namun masih banyak factor lain yang
menyebabkan daerah perbatasan ini termasuk daerah endemic malaria. Dimana daerah
endemik merupakan bila sekarang didaerah tersebut terjangkit penyakit dan telah
ada dalam kurun waktu yang relatif lama.
Ketidakhadiran
Karena ketiga Desa tersebut adalah daerah perbatasan
maka akan sulit bagi masyarakat dalam melakukan pemeriksaan kesehatan di
pelayanan kesehatan oleh karena itu factor lain yang juga memberi dapat memberi
pengaruh terhadap adanya daerah endemik malaria adalah ketidakhadiran, dimana dengan ketidakhadirannya
beberapa masyarakat dalam melakukan pemeriksaan penyakit malaria ke tempat
pelayanan kesehatan setempat sehingga petugas kesehatan tidak maksimal dalam
melakukan pemantauan wilayah setempat dan pemberantasan nyamuk anophelese. Dalam hal ini perlu adanya
musyawarah bersama antara petugas kesehatan, masyarakat dan kehadiran pemandu
kebijakan sangat penting dalam membuat program baik penanggulangan penyakit
malaria maupun pemberantasan nyamuk anophelese.
Dengan
adanya daerah endemik Malaria menyebabkan timbulnya berbagai macam Sosial
Indikator yang dapat menjadi masalah di tiga desa tersebut yaitu di Desa
Keboireng wilayah Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung dan Desa Prigi serta
Desa Tasikmadu yang termasuk wilayah Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek,
adapun social indicator yang dapat timbul yaitu prestasi, kebahagiaan,
pengangguran dan kesejateraan masyarakat daerah endemik malaria tersebut.
Prestasi
Daerah endemik malaria dapat menyebabkan menurunnya prestasi
masyarakat baik pada anak-anak di sekolah maupun orang dewasa di lingkungan
kerja, dalam hal ini adalah produktivitas masyarakat yang menurun dalam melakukan
aktivitas sehari-hari dan tidak adanya semangat untuk melakukan berbagai
kegiatan untuk membuat perubahan dalam diri.
Pengangguran
Jika banyak masyarakat yang terjangkit malaria maka
produktivitas masyarakat akan menurun sehingga dapat mempengaruhi angka pengangguran masyarakat didaerah tersebut yang
dapat meningkat dikarenakan masyarakat dalam keadaan sakit. Kondisi tubuh yang
tidak memungkinkan masyarakat untuk melakukan aktifitas sehingga memungkinkan
masyarakat tidak dapat melakukan pekerjaan.
Kebahagiaan
Sosial indikator lain yang dapat di timbulkan adalah
kebahagiaan disaat masyarakat terjangkit malaria dapat mengurangi kabahagiaan
keluarga tersebut dengan adanya keadaan tubuh tidak baik maka perasaan akan bahagia
terasa berkurang. Jika seseorang sakit maka yang ada hanya perasaan lelah,
hilangnya selesa makan hingga merasa lemah sehingga mengurangi perasaan
bahagia.
Kesejahteraan
Adapun Indikator sosial yang paling bepengaruh terhadap
endemik malaria didaerah perbatasan yaitu kesejahteraan dimana dari rendahnya prestasi, meningkatnya pengangguran dan
timbulnya rasa ketidak bahagianya masyarakat yang ada di daerah endemik malaria
membuat tidak meratanya kesejahteraan masyarakat di daerah perbatasan Kabupaten
Tulungagung dengan Kabupaten Trenggalek. Jika pendapatan mereka hanya cukup
untuk kenbutuhan sehari-hari maka mereka tidak dapat mencukupi kebutuhan di
karenakan pendapatan mereka harus di bagi dengan pengeluaran yang mereka
keluarkan untuk memperoleh kesembuhan.
Tugas 2 :
1. Lakukan
diagnosis epidemiologi berdasarkan artikel masing-masing.
2. Analisis
isi artikel masing-masing berdasarkan vital indicator dari dimensions dalam
diagnosis epidemiologi.
Pembahasan :
1. Diagnosis Epidemiologi
Incidence
: Gambaran
tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu waktu
tertentu di satu kelompok masyarakat
Di Indonesia rata-rata kasus klinis
malaria diperkirakan 15 juta tiap tahunnya. Penduduk yang tinggal di daerah
malaria diperkirakan sekitar 85,1 juta dengan tingkat endemisitas rendah,
sedang, hingga tinggi. Pada tahun 1997,
terjadi peningkatan insidensi malaria dari 0,12 perseribu penduduk menjadi 0,62
perseribu penduduk pada tahun 2001. Di Jawa-Bali dari 0,12 perseribu penduduk
menjadi 11,73 perseribu penduduk. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
1995 memberikan gambaran bahwa kematian yang disebabkan oleh malaria adalah 2%
atau 32.000 kematian akibat malaria setahun (Achmadi, 2005).
Jawa Timur memiliki 5 daerah High Case
Incidence (HCI) yaitu Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Sumenep dan Banyuwangi.
Peningkatan kasus khususnya terjadi di daerah pesisir di Trenggalek, Malang
bagian Selatan, Pacitan, Banyuwangi dan Tulungagung. Kabupaten Trenggalek dan
Kabupaten Tulungagung merupakan dua daerah berbatasan di Jawa Timur yang sampai
sekarang masih endemis malaria. Kecamatan Watulimo termasuk salah satu daerah
endemis malaria di Kabupaten Trenggalek yang berbatasan dengan Kecamatan Besuki
di Kabupaten Tulungagung dan terletak di tepi Samudera Indonesia. Jumlah penderita malaria per 1000
penduduk (Annual Parasite Incidence atau API) tahun 1998 di Kecamatan Watulimo
sebesar 0,53 o/oo, tahun 1999 sebesar 1,32 o/oo dan tahun 2000 sebesar 9,28
o/oo. Data Sub Dinas Penanggulangan
Penyakit Menular (PPM) Kabupaten Tulungagung tahun 2005, menunjukkan 33.782
kasus (31 positif malaria) di mana 1.704 kasus (22 positif malaria) di wilayah
Puskesmas Besole (Dinkes Kab. Tulungagung, 2006).
Longevity:
periode
Tabel
1. Penderita malaria di Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten
Tulungagung
tahun 2003-2005
Tahun
|
Kabupaten
Trenggalek
|
Kabupaten
Tulung Agung
|
2003
|
1.066
|
78
|
2004
|
632
|
22
|
2005
|
529
|
31
|
Sumber: Laporan Penemuan dan
Pengobatan Penderita Malaria Propinsi Jawa Timur tahun 2003, 2004 dan 2005
2.
Hasil
analisis
Vital indicator:
1. Disability
: cacat / ketidakmampuan
2. Discomfort
: ketidaknyamanan
3. Fatality
: bencana
4. Fitness
: kebugaran
5. Mordibity
: angka kesakitan
6. Mortality
: angka kematian
7. Physiological
Risk Faktor
Dari hasil diagnosis epidemiologi pada
jurnal tersebut terdapat 2 dimension epidemiologi yaitu incidence dan longevity,
data yang masuk dalam dalam beberapa vital indicator.
-
Pada kasus Insidence terdapat dua vital
indicator yaitu mortality dan mordibity
Data
tersebut adalah:
Mortality:
1. Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 memberikan gambaran bahwa kematian
yang disebabkan oleh malaria adalah 2% atau 32.000 kematian akibat malaria
setahun
Mordibity:
1. Pada
tahun 1997, terjadi peningkatan insidensi malaria dari 0,12 perseribu penduduk
menjadi 0,62 perseribu penduduk pada tahun 2001. Di Jawa-Bali dari 0,12
perseribu penduduk menjadi 11,73 perseribu penduduk.
2. Jumlah
penderita malaria per 1000 penduduk (Annual Parasite Incidence atau API) tahun
1998 di Kecamatan Watulimo sebesar 0,53 o/oo, tahun 1999 sebesar 1,32 o/oo dan
tahun 2000 sebesar 9,28 o/oo
3. Data
Sub Dinas Penanggulangan Penyakit Menular (PPM) Kabupaten Tulungagung tahun
2005, menunjukkan 33.782 kasus (31 positif malaria) di mana 1.704 kasus (22
positif malaria) di wilayah Puskesmas Besole.
-
Sedangkan pada kasus longevity terdapat
satu vital indicator yaitu mordibity, data tersebut adalah:
Mordibity :
1.
dari tabel 1 terdapat keterangan
jumlah penderita malaria pada periode tahun 2003-2005 yaitu pada tahun 2003 di
Kabupaten Trenggalek terdapat 1066 penderita dan di kabupaten Tulungagung
terdapat 78 penderita malaria.pada tahun 2004 jumlah penderita malaria di
Kabupaten Trenggalek terdapat 632 penderita dan di Kabupaten Tulungagung
terdapat 22 penderita dan pada tahun 2005 jumlah penderita malaria di Kabupaten
Trenggalek terdapat 529 kasus penderita malaria dan di Kabupaten Tulungagung
terdapat 31 kasus penderita malaria.
Tugas
3
Analisis
Instrument Kualitas Perilaku
1.
Membedakan
faktor perilaku dan non perilaku terjadinya penyakit malaria
A. Perilaku
-
Masyarakat yang tidak menggunakan kelambu saat tidur
dan memasang kawat kasa di jendela dan
ventilasi rumah.
-
Masih banyaknya masyakat yang tidak
menggunakan lotion atau obat anti nyamuk malaria dan tidak menggunakan lengan
panjang dan celana panjang saat keluar rumah di daerah endemis malaria
tersebut.
-
Kurang perhatiannya masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh.
-
Masyarakat tidak maksimal dalam
menggunakan abate sebagai pembasmi jentik nyamuk anopheles
-
Tidak maksimalnya dan jarangnya
masyarakat membersihkan parit-parit di sepanjang jalan, sampah-sampah yang
tergenang air dan tempat-tempat perkembangbiakan larva nyamuk malaria.
-
Banyak masyarakat tidak menerapkan 3M
Plus dalam memberantas nyamuk anopheles di daerah endemis malaria tersebut.
-
Sebagian masyarakat tidak menerapkan
pola hidup yang sehat dan bersih untuk mengurangi tersebarnya malaria
-
Masyarakat banyak yang tidak
memaksimalkan pelayanan kesehatan yang ada di daerah perbatasan tersebut.
-
Kebiasaan masyarakat yang sering barada
di luar rumah sampai larut malam di mana akan memperbesar jumlah gigitan
nyamuk.
B. Non Perilaku
-
Faktor lingkungan fisik yang melibatkan
oleh kegiatan manusia yang berpengaruh terhadap penularan penyakit malaria
adalah konstruksi rumah, terutama jenis dinding langit-langit dan penggunaan
kasa. Berdasarkan penelitian Masih
banyak rumah masyarakat yang tidak
memiliki kasa dan langit-langit sehingga belum dapat mencegah masuknya nyamuk
ke dalam rumah.
-
Keadaan ekonomi masyarakat yang masih
rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan untuk menanggulangi malaria di
daerah tersebut
-
Tidak adanya kader-kader pemberantas
malaria di daerah endemis malaria tersebut
-
Tidak adanya Pos Malaria Desa
(PolMalDes) agar masyarakat dapat mengakses pelayanan pengobatan malaria dengan
cepat
-
Kurang maksimalnya program pemerintah
dalam menanggulangi malaria seperti fogging dan pemberian kelambu dan abate
secara berkesinambungan
-
Faktor social yaitu pandangan persepsi
masyarakat di suatu daerah terhadap malaria. Apabila malaria di anggap sebagai
suatu kebutuhan untuk diatasi masih sangat kurang sehingga upaya untuk menyehatkan
lingkungan akan dilaksanakan oleh masyarakat secara spontan
2.
Upaya
pencegahan yang di lakukan
A.
Perilaku
-
Tidur dengan memakai kelambu dan
memasang kawat kasa pada ventilasi, menjauhkan kandang ternak dari rumah,
mengurangi berada di luar rumah pada malam hari, guna menghindari gigtan nyamuk
-
Menggunakan obat nyamuk, memakai
obat oles anti nyamuk,
-
Menerapkan pola hidup bersih dan
sehat sehingga kondisi tubuh tetap sehat
-
Meningkatkan kebutuhan gizi dengan
gizi seimbang untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh
-
Membersihkan lingkungan, menimbun
genangan air, membersihkan lumut, gotong royong membersihkan lingkungan
sekitar, mencegahnya dengan kentongan. Ini adalah bentuk dari usaha untuk pencegahan malaria.
-
Menebarkan pemakan jentik, menekan
kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik. Seperti ikan kepala
timah, nila merah, gupi, mujair.
-
Menerapkan sistem 3M Plus
-
Penanaman padi secara serempak atau
diselingi dengan tanaman kering atau pengeringan sawah secara berkala.
-
Usahakan melakukan penyemprotan
rumah dengan DDT yang diusahakan oleh pemerintah.
-
Pengobatan pencegahan, 2 hari
sebelum berangkat ke daerah malaria, dengan pemberian obat yaitu minum obat
doksisilin 1 x 1 kapsul / hari sampai 2 minggu setelah keluar dari lokasi
endemis malaria.
B.
Non perilaku
-
Memodifikassi
lingkungan fisik seperti memasang langit-langit dan menggunakan kasa pada
jendela dan ventilasi
-
Memperbaiki
keadaan ekonomi masyarakat sekitar daerah endemis malaria
-
Kurangnya perngetahuan masyarakat dalam
memberantas penyakit malaria dalam hal ini kurang adanya penyuluhan daripetugas
kesehatan
-
Tidak adanya kader-kader pemberantas
malaria di daerah endemis malaria tersebut
-
Mengadakan
Pos Malaria Desa (PolMalDes) dengan melinatkan stageholders
-
Memaksimalkan
fogging, pemberiaan abate dan program 3Mplus
-
Memberikan
penyuluhan kepada masyarakat sekitar guna memberikan pengetahuan akan
pentingnya pemberantsan penyakit malaria
3.
Perilaku yang
paling serius menyebabkan malaria sampai yang kurang serius
A. Perilaku
1. Banyak
masyarakat tidak menerapkan 3M Plus dalam memberantas nyamuk anopheles di
daerah endemis malaria tersebut.
2. Tidak
maksimalnya dan jarangnya masyarakat membersihkan parit-parit di sepanjang
jalan, sampah-sampah yang tergenang air dan tempat-tempat perkembangbiakan
larva nyamuk malaria.
3. Masyarakat yang tidak menggunakan kelambu saat tidur
dan memasang kawat kasa di jendela dan
ventilasi rumah
4. Masyarakat
banyak yang tidak memaksimalkan pelayanan kesehatan yang ada di daerah
perbatasan tersebut.
5. Masyarakat
tidak maksimal dalam menggunakan abate sebagai pembasmi jentik nyamuk anopheles
6. Sebagian
masyarakat tidak menerapkan pola hidup yang sehat dan bersih untuk mengurangi
tersebarnya malaria
7. Masih
banyaknya masyakat yang tidak menggunakan lotion atau obat anti nyamuk malaria
dan tidak menggunakan lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah di
daerah endemis malaria tersebut
8. Kurang
perhatiannya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi untuk meningkatkan
sistem imunitas tubuh.
9. Kebiasaan
masyarakat yang sering barada di luar rumah sampai larut malam di mana akan
memperbesar jumlah gigitan nyamuk.
B. Non perilaku
1. Kurangnya
perngetahuan masyarakat dalam memberantas penyakit malaria dalam hal ini kurang
adanya penyuluhan dari petugas kesehatan
2. Faktor
social yaitu pandangan persepsi masyarakat di suatu daerah terhadap malaria.
Apabila malaria di anggap sebagai suatu kebutuhan untuk diatasi masih sangat
kurang sehingga upaya untuk menyehatkan lingkungan akan dilaksanakan oleh
masyarakat secara spontan.
3. Kurangnya
perngetahuan masyarakat dalam memberantas penyakit malaria dalam hal ini kurang
adanya penyuluhan dari petugas kesehatan
4. Kurang
maksimalnya program pemerintah dalam menanggulangi malaria seperti fogging dan
pemberian kelambu dan abate secara berkesinambungan
5. Tidak
adanya Pos Malaria Desa (PolMalDes) agar masyarakat dapat mengakses pelayanan
pengobatan malaria dengan cepat
6. Faktor
lingkungan fisik yang melibatkan oleh kegiatan manusia yang berpengaruh
terhadap penularan penyakit malaria adalah konstruksi rumah, terutama jenis
dinding langit-langit dan penggunaan kasa. Berdasarkan penelitian Masih banyak rumah masyarakat yang tidak memiliki kasa dan langit-langit
sehingga belum dapat mencegah masuknya nyamuk ke dalam rumah.
7. Keadaan
ekonomi masyarakat yang masih rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
untuk menanggulangi malaria di daerah tersebut
4.
Tabel
Prioritas
Degree of Changebility
|
Degree of importance
|
|
|
Penting
|
Tidak penting
|
Mudah
|
1.
Kurangnya perngetahuan masyarakat dalam
memberantas penyakit malaria dalam hal ini kurang adanya penyuluhan
daripetugas kesehatan
2.
Banyak masyarakat tidak menerapkan 3M Plus dalam
memberantas nyamuk anopheles di daerah endemis malaria tersebut.
3.
Tidak maksimalnya dan jarangnya masyarakat
membersihkan parit-parit di sepanjang jalan, sampah-sampah yang tergenang air
dan tempat-tempat perkembangbiakan larva nyamuk malaria.
4.
Masyarakat
yang tidak menggunakan kelambu saat tidur dan memasang kawat kasa di jendela dan
ventilasi rumah
5.
Masyarakat banyak yang tidak memaksimalkan
pelayanan kesehatan yang ada di daerah perbatasan tersebut.
6.
Kurang maksimalnya program pemerintah dalam
menanggulangi malaria seperti fogging dan pemberian kelambu dan abate secara berkesinambungan
7.
Tidak adanya Pos Malaria Desa (PolMalDes) agar
masyarakat dapat mengakses pelayanan pengobatan malaria dengan cepat
|
1.
Masih banyaknya masyakat yang tidak menggunakan
lotion atau obat anti nyamuk malaria dan tidak menggunakan lengan panjang dan
celana panjang saat keluar rumah di daerah endemis malaria tersebut.
2.
Tidak adanya kader-kader pemberantas malaria di
daerah endemis malaria tersebut
|
Tidak mudah
|
1.
Sebagian masyarakat tidak menerapkan pola hidup
yang sehat dan bersih untuk mengurangi tersebarnya malaria.
2.
Faktor social yaitu pandangan persepsi masyarakat
di suatu daerah terhadap malaria. Apabila malaria di anggap sebagai suatu
kebutuhan untuk diatasi masih sangat kurang sehingga upaya untuk menyehatkan
lingkungan akan dilaksanakan oleh masyarakat secara spontan.
3.
Kurang perhatiannya masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh.
|
1.
Kebiasaan masyarakat yang sering barada di luar
rumah sampai larut malam di mana akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk.
2.
Keadaan ekonomi masyarakat yang masih rendah
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan untuk menanggulangi malaria di daerah
tersebut
3.
Faktor lingkungan fisik yang melibatkan oleh
kegiatan manusia yang berpengaruh terhadap penularan penyakit malaria adalah
konstruksi rumah, terutama jenis dinding langit-langit dan penggunaan kasa.
Berdasarkan penelitian Masih banyak
rumah masyarakat yang tidak memiliki
kasa dan langit-langit sehingga belum dapat mencegah masuknya nyamuk ke dalam
rumah
|
5.
Membuat
tujuan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat
daerah endemis malaria Di Daerah Berbatasan (Kabupaten Tulungagung Dengan
Kabupaten Trenggalek) melalui penyuluhan Program 3M Plus dari 35% menjadi 80%
dalam waktu 1 bulan