Rabu, 26 Februari 2014

TUGAS PERENCANAAN DAN EVALUASI P2KM DIAGNOSIS PERILAKU



Nama               : Susiati
Nim                 : 1111015153
Mata kuliah     : Perencanaan dan Evaluasi P2KM
Kelas               : 2011/A
Tugas  1
Membuat Diagnosis jurnal dengan menghubungkan sosial indicator, melihat masalah sosial yang terjadi akibat masalah kesehatan dan apa hubungan dengan masalah kesehatan yang muncul.
Judul Jurnal :
Gambaran Faktor Lingkungan Daerah Endemis Malaria Di Daerah Berbatasan (Kabupaten Tulungagung Dengan Kabupaten Trenggalek) oleh Ririh Yudhastuti
Sosial Indikator:
1.      Ketidakhadiran
9.   Peperangan atau permusuhan
2.      Prestasi
10. Pelanggaran Hukum
3.      Estetika
11. Penampilan
4.      Mengasingkan diri
12. Kerusuhan
5.      Kejahatan
13. Pengangguran
6.      Kepadatan
14. Hak Suara
7.      Diskriminasi
15. Kesejahteraan
8.      Kebahagiaan

Jika melihat dari jurnal tersebut permasalahan yang utama dalam adanya daerah endemis Malaria di daerah tersebut maka dari hasil penalaran saya, jika di hubungkan dengan Indikator sosial maka ada beberapa indikator sosial yang berhubungan yaitu kepadatan, ketidakhadiran, prestasi, kebahagiaan, pengangguran, kesejahteraan.

Kepadatan    
semakin padatnya jumlah penduduk membuat masyarakat sekitar pembangunan sehingga terganggunya habitat nyamuk anophlese penyebab malaria dan semakin tingginya mobilitas penduduk dari satu daerah ke daerah lain. Sebagai penyakit menular, malaria dapat berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain melalui mobilitas penduduk sebagai sumber penularan maupun komoditas sebagai wahana transmisi. Dan juga daerah perbatasan kabupaten Tulungagung dengan Kabupaten Trenggalek merupakan daerah pantai dan pegunungan dengan iklim tropis, Malaria adalah salah satu penyakit menular yang juga sering disebut dengan istilah-istilah demam tropis, demam pantai, demam rawa, dan panas dingin Lebih dari satu miliar orang hidup di daerah malaria, diperkirakan 100 juta orang telah mendapat infeksi malaria, dan 1 juta orang meninggal setiap tahunnya karena penyakit menular ini. Namun masih banyak factor lain yang menyebabkan daerah perbatasan ini termasuk daerah endemic malaria. Dimana daerah endemik merupakan bila sekarang didaerah tersebut terjangkit penyakit dan telah ada dalam kurun waktu yang relatif lama.
Ketidakhadiran
Karena ketiga Desa tersebut adalah daerah perbatasan maka akan sulit bagi masyarakat dalam melakukan pemeriksaan kesehatan di pelayanan kesehatan oleh karena itu factor lain yang juga memberi dapat memberi pengaruh terhadap adanya daerah endemik malaria adalah ketidakhadiran, dimana dengan ketidakhadirannya beberapa masyarakat dalam melakukan pemeriksaan penyakit malaria ke tempat pelayanan kesehatan setempat sehingga petugas kesehatan tidak maksimal dalam melakukan pemantauan wilayah setempat dan pemberantasan nyamuk anophelese. Dalam hal ini perlu adanya musyawarah bersama antara petugas kesehatan, masyarakat dan kehadiran pemandu kebijakan sangat penting dalam membuat program baik penanggulangan penyakit malaria maupun pemberantasan nyamuk anophelese.
Dengan adanya daerah endemik Malaria menyebabkan timbulnya berbagai macam Sosial Indikator yang dapat menjadi masalah di tiga desa tersebut yaitu di Desa Keboireng wilayah Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung dan Desa Prigi serta Desa Tasikmadu yang termasuk wilayah Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek, adapun social indicator yang dapat timbul yaitu prestasi, kebahagiaan, pengangguran dan kesejateraan masyarakat daerah endemik malaria tersebut.
Prestasi
Daerah endemik malaria dapat menyebabkan menurunnya prestasi masyarakat baik pada anak-anak di sekolah maupun orang dewasa di lingkungan kerja, dalam hal ini adalah produktivitas masyarakat yang menurun dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan tidak adanya semangat untuk melakukan berbagai kegiatan untuk membuat perubahan dalam diri.
Pengangguran
Jika banyak masyarakat yang terjangkit malaria maka produktivitas masyarakat akan menurun sehingga dapat mempengaruhi angka pengangguran masyarakat didaerah tersebut yang dapat meningkat dikarenakan masyarakat dalam keadaan sakit. Kondisi tubuh yang tidak memungkinkan masyarakat untuk melakukan aktifitas sehingga memungkinkan masyarakat tidak dapat melakukan pekerjaan.
Kebahagiaan
Sosial indikator lain yang dapat di timbulkan adalah kebahagiaan disaat masyarakat terjangkit malaria dapat mengurangi kabahagiaan keluarga tersebut dengan adanya keadaan tubuh tidak baik maka perasaan akan bahagia terasa berkurang. Jika seseorang sakit maka yang ada hanya perasaan lelah, hilangnya selesa makan hingga merasa lemah sehingga mengurangi perasaan bahagia.
Kesejahteraan
Adapun Indikator sosial yang paling bepengaruh terhadap endemik malaria didaerah perbatasan yaitu kesejahteraan dimana dari rendahnya prestasi, meningkatnya pengangguran dan timbulnya rasa ketidak bahagianya masyarakat yang ada di daerah endemik malaria membuat tidak meratanya kesejahteraan masyarakat di daerah perbatasan Kabupaten Tulungagung dengan Kabupaten Trenggalek. Jika pendapatan mereka hanya cukup untuk kenbutuhan sehari-hari maka mereka tidak dapat mencukupi kebutuhan di karenakan pendapatan mereka harus di bagi dengan pengeluaran yang mereka keluarkan untuk memperoleh kesembuhan.


Tugas 2 :
1.      Lakukan diagnosis epidemiologi berdasarkan artikel masing-masing.
2.      Analisis isi artikel masing-masing berdasarkan vital indicator dari dimensions dalam diagnosis epidemiologi.

Pembahasan :
1.      Diagnosis Epidemiologi
Incidence : Gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di satu kelompok masyarakat
Di Indonesia rata-rata kasus klinis malaria diperkirakan 15 juta tiap tahunnya. Penduduk yang tinggal di daerah malaria diperkirakan sekitar 85,1 juta dengan tingkat endemisitas rendah, sedang, hingga tinggi. Pada tahun 1997, terjadi peningkatan insidensi malaria dari 0,12 perseribu penduduk menjadi 0,62 perseribu penduduk pada tahun 2001. Di Jawa-Bali dari 0,12 perseribu penduduk menjadi 11,73 perseribu penduduk. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 memberikan gambaran bahwa kematian yang disebabkan oleh malaria adalah 2% atau 32.000 kematian akibat malaria setahun (Achmadi, 2005).
Jawa Timur memiliki 5 daerah High Case Incidence (HCI) yaitu Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Sumenep dan Banyuwangi. Peningkatan kasus khususnya terjadi di daerah pesisir di Trenggalek, Malang bagian Selatan, Pacitan, Banyuwangi dan Tulungagung. Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Tulungagung merupakan dua daerah berbatasan di Jawa Timur yang sampai sekarang masih endemis malaria. Kecamatan Watulimo termasuk salah satu daerah endemis malaria di Kabupaten Trenggalek yang berbatasan dengan Kecamatan Besuki di Kabupaten Tulungagung dan terletak di tepi Samudera Indonesia. Jumlah penderita malaria per 1000 penduduk (Annual Parasite Incidence atau API) tahun 1998 di Kecamatan Watulimo sebesar 0,53 o/oo, tahun 1999 sebesar 1,32 o/oo dan tahun 2000 sebesar 9,28 o/oo. Data Sub Dinas Penanggulangan Penyakit Menular (PPM) Kabupaten Tulungagung tahun 2005, menunjukkan 33.782 kasus (31 positif malaria) di mana 1.704 kasus (22 positif malaria) di wilayah Puskesmas Besole (Dinkes Kab. Tulungagung, 2006). 
Longevity: periode
Tabel 1. Penderita malaria di Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten
Tulungagung tahun 2003-2005
Tahun
Kabupaten Trenggalek
Kabupaten Tulung Agung
2003
1.066
78
2004
632
22
2005
529
31
Sumber: Laporan Penemuan dan Pengobatan Penderita Malaria Propinsi Jawa Timur tahun 2003, 2004 dan 2005
2.      Hasil analisis
Vital indicator:
1.      Disability : cacat / ketidakmampuan
2.      Discomfort : ketidaknyamanan
3.      Fatality : bencana
4.      Fitness : kebugaran
5.      Mordibity :  angka kesakitan
6.      Mortality : angka kematian
7.      Physiological Risk Faktor
Dari hasil diagnosis epidemiologi pada jurnal tersebut terdapat 2 dimension epidemiologi yaitu incidence dan longevity, data yang masuk dalam dalam beberapa vital indicator.
-          Pada kasus Insidence terdapat dua vital indicator yaitu mortality dan mordibity
Data tersebut adalah:
Mortality:
1.      Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 memberikan gambaran bahwa kematian yang disebabkan oleh malaria adalah 2% atau 32.000 kematian akibat malaria setahun
Mordibity:
1.      Pada tahun 1997, terjadi peningkatan insidensi malaria dari 0,12 perseribu penduduk menjadi 0,62 perseribu penduduk pada tahun 2001. Di Jawa-Bali dari 0,12 perseribu penduduk menjadi 11,73 perseribu penduduk.
2.      Jumlah penderita malaria per 1000 penduduk (Annual Parasite Incidence atau API) tahun 1998 di Kecamatan Watulimo sebesar 0,53 o/oo, tahun 1999 sebesar 1,32 o/oo dan tahun 2000 sebesar 9,28 o/oo
3.      Data Sub Dinas Penanggulangan Penyakit Menular (PPM) Kabupaten Tulungagung tahun 2005, menunjukkan 33.782 kasus (31 positif malaria) di mana 1.704 kasus (22 positif malaria) di wilayah Puskesmas Besole.

-          Sedangkan pada kasus longevity terdapat satu vital indicator yaitu mordibity, data tersebut adalah:
Mordibity :
1.      dari tabel 1 terdapat keterangan jumlah penderita malaria pada periode tahun 2003-2005 yaitu pada tahun 2003 di Kabupaten Trenggalek terdapat 1066 penderita dan di kabupaten Tulungagung terdapat 78 penderita malaria.pada tahun 2004 jumlah penderita malaria di Kabupaten Trenggalek terdapat 632 penderita dan di Kabupaten Tulungagung terdapat 22 penderita dan pada tahun 2005 jumlah penderita malaria di Kabupaten Trenggalek terdapat 529 kasus penderita malaria dan di Kabupaten Tulungagung terdapat 31 kasus penderita malaria.


Tugas 3
Analisis Instrument Kualitas Perilaku
1.      Membedakan faktor perilaku dan non perilaku terjadinya penyakit malaria
A.     Perilaku
-          Masyarakat  yang tidak menggunakan kelambu saat tidur dan  memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah.
-          Masih banyaknya masyakat yang tidak menggunakan lotion atau obat anti nyamuk malaria dan tidak menggunakan lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah di daerah endemis malaria tersebut.
-          Kurang perhatiannya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh.
-          Masyarakat tidak maksimal dalam menggunakan abate sebagai pembasmi jentik nyamuk anopheles
-          Tidak maksimalnya dan jarangnya masyarakat membersihkan parit-parit di sepanjang jalan, sampah-sampah yang tergenang air dan tempat-tempat perkembangbiakan larva nyamuk malaria.
-          Banyak masyarakat tidak menerapkan 3M Plus dalam memberantas nyamuk anopheles di daerah endemis malaria tersebut.
-          Sebagian masyarakat tidak menerapkan pola hidup yang sehat dan bersih untuk mengurangi tersebarnya malaria
-          Masyarakat banyak yang tidak memaksimalkan pelayanan kesehatan yang ada di daerah perbatasan tersebut.
-          Kebiasaan masyarakat yang sering barada di luar rumah sampai larut malam di mana akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk.
B.      Non Perilaku
-          Faktor lingkungan fisik yang melibatkan oleh kegiatan manusia yang berpengaruh terhadap penularan penyakit malaria adalah konstruksi rumah, terutama jenis dinding langit-langit dan penggunaan kasa. Berdasarkan penelitian  Masih banyak rumah masyarakat  yang tidak memiliki kasa dan langit-langit sehingga belum dapat mencegah masuknya nyamuk ke dalam rumah.
-          Keadaan ekonomi masyarakat yang masih rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan untuk menanggulangi malaria di daerah tersebut
-          Tidak adanya kader-kader pemberantas malaria di daerah endemis malaria tersebut
-          Tidak adanya Pos Malaria Desa (PolMalDes) agar masyarakat dapat mengakses pelayanan pengobatan malaria dengan cepat
-          Kurang maksimalnya program pemerintah dalam menanggulangi malaria seperti fogging dan pemberian kelambu dan abate secara berkesinambungan
-          Faktor social yaitu pandangan persepsi masyarakat di suatu daerah terhadap malaria. Apabila malaria di anggap sebagai suatu kebutuhan untuk diatasi masih sangat kurang sehingga upaya untuk menyehatkan lingkungan akan dilaksanakan oleh masyarakat secara spontan

2.      Upaya pencegahan yang di lakukan
A.    Perilaku
-          Tidur dengan memakai kelambu dan memasang kawat kasa pada ventilasi, menjauhkan kandang ternak dari rumah, mengurangi berada di luar rumah pada malam hari, guna menghindari gigtan nyamuk
-          Menggunakan obat nyamuk, memakai obat oles anti nyamuk,
-          Menerapkan pola hidup bersih dan sehat sehingga kondisi tubuh tetap sehat
-          Meningkatkan kebutuhan gizi dengan gizi seimbang untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh
-          Membersihkan lingkungan, menimbun genangan air, membersihkan lumut, gotong royong membersihkan lingkungan sekitar, mencegahnya dengan kentongan. Ini adalah bentuk dari usaha untuk pencegahan malaria.
-          Menebarkan pemakan jentik, menekan kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik. Seperti ikan kepala timah, nila merah, gupi, mujair.
-          Menerapkan sistem 3M Plus
-          Penanaman padi secara serempak atau diselingi dengan tanaman kering atau pengeringan sawah secara berkala.
-          Usahakan melakukan penyemprotan rumah dengan DDT yang diusahakan oleh pemerintah.
-          Pengobatan pencegahan, 2 hari sebelum berangkat ke daerah malaria, dengan pemberian obat yaitu minum obat doksisilin 1 x 1 kapsul / hari sampai 2 minggu setelah keluar dari lokasi endemis malaria.
B.     Non perilaku
-          Memodifikassi lingkungan fisik seperti memasang langit-langit dan menggunakan kasa pada jendela dan ventilasi
-          Memperbaiki keadaan ekonomi masyarakat sekitar daerah endemis malaria
-          Kurangnya perngetahuan masyarakat dalam memberantas penyakit malaria dalam hal ini kurang adanya penyuluhan daripetugas kesehatan
-          Tidak adanya kader-kader pemberantas malaria di daerah endemis malaria tersebut
-          Mengadakan Pos Malaria Desa (PolMalDes) dengan melinatkan stageholders
-          Memaksimalkan fogging, pemberiaan abate dan program 3Mplus
-          Memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar guna memberikan pengetahuan akan pentingnya pemberantsan penyakit malaria

3.      Perilaku yang paling serius menyebabkan malaria sampai yang kurang serius

A.    Perilaku
1.      Banyak masyarakat tidak menerapkan 3M Plus dalam memberantas nyamuk anopheles di daerah endemis malaria tersebut.
2.      Tidak maksimalnya dan jarangnya masyarakat membersihkan parit-parit di sepanjang jalan, sampah-sampah yang tergenang air dan tempat-tempat perkembangbiakan larva nyamuk malaria.
3.      Masyarakat  yang tidak menggunakan kelambu saat tidur dan  memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah
4.      Masyarakat banyak yang tidak memaksimalkan pelayanan kesehatan yang ada di daerah perbatasan tersebut.
5.      Masyarakat tidak maksimal dalam menggunakan abate sebagai pembasmi jentik nyamuk anopheles
6.      Sebagian masyarakat tidak menerapkan pola hidup yang sehat dan bersih untuk mengurangi tersebarnya malaria
7.      Masih banyaknya masyakat yang tidak menggunakan lotion atau obat anti nyamuk malaria dan tidak menggunakan lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah di daerah endemis malaria tersebut
8.      Kurang perhatiannya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh.
9.      Kebiasaan masyarakat yang sering barada di luar rumah sampai larut malam di mana akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk.

B.     Non perilaku
1.      Kurangnya perngetahuan masyarakat dalam memberantas penyakit malaria dalam hal ini kurang adanya penyuluhan dari petugas kesehatan
2.      Faktor social yaitu pandangan persepsi masyarakat di suatu daerah terhadap malaria. Apabila malaria di anggap sebagai suatu kebutuhan untuk diatasi masih sangat kurang sehingga upaya untuk menyehatkan lingkungan akan dilaksanakan oleh masyarakat secara spontan.
3.      Kurangnya perngetahuan masyarakat dalam memberantas penyakit malaria dalam hal ini kurang adanya penyuluhan dari petugas kesehatan
4.      Kurang maksimalnya program pemerintah dalam menanggulangi malaria seperti fogging dan pemberian kelambu dan abate secara berkesinambungan
5.      Tidak adanya Pos Malaria Desa (PolMalDes) agar masyarakat dapat mengakses pelayanan pengobatan malaria dengan cepat
6.      Faktor lingkungan fisik yang melibatkan oleh kegiatan manusia yang berpengaruh terhadap penularan penyakit malaria adalah konstruksi rumah, terutama jenis dinding langit-langit dan penggunaan kasa. Berdasarkan penelitian  Masih banyak rumah masyarakat  yang tidak memiliki kasa dan langit-langit sehingga belum dapat mencegah masuknya nyamuk ke dalam rumah.
7.      Keadaan ekonomi masyarakat yang masih rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan untuk menanggulangi malaria di daerah tersebut

4.      Tabel Prioritas
Degree of Changebility
Degree of importance

Penting
Tidak penting
Mudah
1.      Kurangnya perngetahuan masyarakat dalam memberantas penyakit malaria dalam hal ini kurang adanya penyuluhan daripetugas kesehatan
2.      Banyak masyarakat tidak menerapkan 3M Plus dalam memberantas nyamuk anopheles di daerah endemis malaria tersebut.
3.      Tidak maksimalnya dan jarangnya masyarakat membersihkan parit-parit di sepanjang jalan, sampah-sampah yang tergenang air dan tempat-tempat perkembangbiakan larva nyamuk malaria.
4.      Masyarakat  yang tidak menggunakan kelambu saat tidur dan  memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah
5.      Masyarakat banyak yang tidak memaksimalkan pelayanan kesehatan yang ada di daerah perbatasan tersebut.
6.      Kurang maksimalnya program pemerintah dalam menanggulangi malaria seperti fogging dan pemberian kelambu dan abate secara berkesinambungan
7.      Tidak adanya Pos Malaria Desa (PolMalDes) agar masyarakat dapat mengakses pelayanan pengobatan malaria dengan cepat

1.      Masih banyaknya masyakat yang tidak menggunakan lotion atau obat anti nyamuk malaria dan tidak menggunakan lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah di daerah endemis malaria tersebut.
2.      Tidak adanya kader-kader pemberantas malaria di daerah endemis malaria tersebut

Tidak mudah
1.      Sebagian masyarakat tidak menerapkan pola hidup yang sehat dan bersih untuk mengurangi tersebarnya malaria.
2.      Faktor social yaitu pandangan persepsi masyarakat di suatu daerah terhadap malaria. Apabila malaria di anggap sebagai suatu kebutuhan untuk diatasi masih sangat kurang sehingga upaya untuk menyehatkan lingkungan akan dilaksanakan oleh masyarakat secara spontan.
3.      Kurang perhatiannya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh.

1.      Kebiasaan masyarakat yang sering barada di luar rumah sampai larut malam di mana akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk.
2.      Keadaan ekonomi masyarakat yang masih rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan untuk menanggulangi malaria di daerah tersebut
3.      Faktor lingkungan fisik yang melibatkan oleh kegiatan manusia yang berpengaruh terhadap penularan penyakit malaria adalah konstruksi rumah, terutama jenis dinding langit-langit dan penggunaan kasa. Berdasarkan penelitian  Masih banyak rumah masyarakat  yang tidak memiliki kasa dan langit-langit sehingga belum dapat mencegah masuknya nyamuk ke dalam rumah



5.      Membuat tujuan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat daerah endemis malaria Di Daerah Berbatasan (Kabupaten Tulungagung Dengan Kabupaten Trenggalek) melalui penyuluhan Program 3M Plus dari 35% menjadi 80% dalam waktu 1 bulan